Thursday, August 30, 2012

The Bourne Legacy

  Satu dekade lalu, saat dirilisnya seri pertama Bourne yang terasa groundbreaking –terlepas dari film klasik Bourne Identity yang rilis di tahun 1988 silam dengan bintangnya, Richard Chamberlain dan Jaclyn Smith– sekaligus meroketkan nama Matt Damon sebagai bintang film action bergaya baru.
Film itu, disusul dengan dua kelanjutannya, tampil gritty sekaligus membumi dibanding film-film action lain di masanya. Sekuens laganya terasa realistis sekaligus memikat untuk diikuti mata, berkat lebih beratnya baku hantam dengan tangan kosong yang di-shoot dengan gaya handheld nan shaky.
Pun begitu halnya dengan elemen kejar-kejaran, baik di jalanan dengan mobil atau motor mau pun di dalam ruangan-ruangan yang sempit dengan bumbu parkour yang intens. Sembari menghibur mata, ketiga film dalam trilogi itu juga menyodorkan jalan cerita yang humanis untuk dicerna.
  Yep, melalui perspektif sang protagonis, Jason Bourne, yang bukanlah superhero atau pun agen rahasia kelas kakap seperti ditampakkan dalam franchise James Bond. Secara bawah sadar, penonton diajak untuk merasa relate dengan Bourne.
Dan kini, Tony Gilroy, sebelumnya co-writer untuk trilogi Bourne, naik jabatan sebagai sutradara dan melanjutkan kisah dengan The Bourne Legacy. Berkat dirinya, meski Paul Greengrass, sutradara sebelumnya, dan Damon tak ada di sini, The Bourne Legacy tetap terasa memiliki feel yang sama.
Dengan tagline 'There was never just one,' film baru ini akan menelusuri keberadaan agen-agen ‘super’ lainnya seperti Bourne melalui perspektif dari sosok protagonis baru dengan nama Aaron Cross (Jeremy Renner), yang merupakan salah satu hasil percobaan dari Project Outcome.
 

 


 
  Plot-nya berjalan paralel dengan Bourne Ultimatum, saat pihak-pihak di balik layar, yang ditunjukkan melalui peran yang diemban oleh Edward Norton dan Stacey Keach, mengalami kepanikan akan terbukanya borok mereka di mata publik, berkat buronnya Bourne.

  Di sinilah terletak kunci penting yang membedakan The Bourne Legacy dengan trilogi Bourne. Paruh awal film baru tersebut akan bergerak perlahan demi menggelontorkan banyak informasi, dan mungkin bakal terasa agak berat bagi penonton yang lebih kasual.
Beberapa referensi seperti Operations Blackbriar dan Project Treadstone dari trilogi sebelumnya akan dimunculkan. Itulah juga yang –ironisnya– malah membuat penonton baru akan lebih cepat merasa bosan jika dibandingkan dengan yang telah mengikuti kisah ini sedari seri pertama Bourne.

No comments:

Post a Comment